About Me

Foto saya
Yaya. Lahir di Jakarta tanggal 31 Juli 1995 jam 3 pagi. Tidak tinggi yang penting imut. Cewek Plegmatis. Penulis amatir. Fotografer amatir. Model amatir. Semuanya amatir. Lulusan TK Tunas Harapan, SDN Percontohan 27 Pagi, SMPN 7 Jakarta, dan Kelas Bahasa SMAN 31 Jakarta. Sekarang bergabung di Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Jakarta dan Lens Hood 33 Kelompok Mahasiswa Peminat Fotografi Universitas Negeri Jakarta. Cinta Indonesia-Jerman, kamera, pedas, merah jambu, angka sembilan, bola, kopi, es krim, stroberi, gitar, kembang api, bintang, hujan, dan pelangi. Join my blog first! Check "Hujan di Minggu Pagi" page ;)

Minggu, 30 Oktober 2011

Hujan di Minggu Pagi


Kalo ada kritik atau saran langsung aja tanya ke acc twitter gue @yuliatrisn. Makasih :)
------------------------------------------------------------------


Prolog

Saat semuanya berubah, mungkinkah aku dapat mengulangnya kembali?
Saat semuanya hilang, mungkinkah aku bisa mendapatkannya kembali?
Mengapa rasa rindu ini semakin besar?
Bisakah kau menjelaskannya?

Ini bukan hanya tentang kerinduan, tapi juga perasaan.
Tahukah kau perasaan seperti apakah yang aku rasakan?

Bisa melihatmu itu sudah membuatku tenang.
Bersamamu aku merasa nyaman.
Tahukah kau perasaan seperti apakah yang aku rasakan?
Bisakah kau menjelaskannya?

Ingin ku berkata jangan pergi.
Jangan membuatku gelisah seperti ini.
Entah mengapa aku tidak bisa mengatakannya.
Entah mengapa ada perasaan yang menghalanginya.

Mengertikah kau aku tidak ingin kehilanganmu?
Mengertikah kau aku merindukanmu?
Ya, aku tidak ingin kehilanganmu.
Ya, aku merindukanmu.

Perasaan apa ini?
Mungkinkah aku….. mencintaimu?

Aku mencintaimu.
Benarkah?
Haruskah aku mengatakannya sekali lagi?

Aku mencintaimu.
***
“Mengapa kau meninggalkanku?”
          
“Kau…”
          
“Mengapa kau tak mencariku?”
          
“Aku tidak meninggalkanmu. Aku hanya…”
          
“Kau meninggalkanku! Kau tau? Aku menunggumu.” Gadis itu menunduk, menahan air matanya supaya tidak keluar. Ini sudah sekian kalinya dia menangis. Lelaki itu lalu memeluknya.
          
“Aku tidak meninggalkanmu, bahkan aku tak ingin. Saat itu aku berjanji akan kembali. Aku sudah berusaha mencarimu. Tolong jangan menangis. Ini hanya membuatku semakin tersiksa, aku tidak ingin melihatmu menangis.” Lelaki itu memeluk semakin erat. Gadis di hadapannya tidak sanggup lagi menahan air matanya. Akhirnya dia menangis dalam dekapan lelaki itu.
          
“Sekarang aku ingin kau tersenyum untukku. Jangan menangis lagi ya.” Lelaki itu menghapus air mata gadisnya.
          
Gadis itu mengangguk tersenyum.


***

10 komentar: