Teruntuk, kamu...
Ini curahan hati untukmu. Maaf, aku masih menulis tentangmu. Tentang kisah
kita yang selalu aku banggakan di depan teman-temanku. Tentang kisah kita yang
selalu membuat iri teman-temanku. Tentang kisah kita yang selalu membuat
sunggingan di bibirku, sampai sekarang. Tahu itu, kan?
Aku tahu kamu tidak suka aku seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, aku suka
menulis, aku suka bercerita lewat tulisan. Haruskah aku menghentikan hobiku
hanya demi kamu?
Ya, ya, baiklah. Kamu memang tidak menyuruhku menghentikan hobiku ini, tapi
kamu menyuruhku untuk tidak membicarakanmu lewat tulisan-tulisan itu, kan?
Aku bisa saja tidak melulu membicarakanmu, aku juga bisa membicarakan hal
lain. Tapi bagaimana bisa aku membicarakan yang lain jika di dalam pikiranku
saja hanya ada kamu, kamu, dan kamu?
Mengapa kata “kamu” mampu meresap ke dalam otakku, menyebar ke seluruh
tubuhku, tertinggal di sudut kosong hatiku, dan kemudian menyatu bersama
jiwaku?
Aku tak tahu pasti. Yang aku tahu hanya kamu, selalu kamu, dan masih kamu
yang mampu berdetak bersama jantungku sampai akhirnya terlalu lelah bekerja
untuk hidupku.
Maaf, aku masih menulis tentangmu. Meskipun kamu tak suka itu.
Karena kamu yang terakhirku...
Salam dari Surga,
Aku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar