About Me

Foto saya
Yaya. Lahir di Jakarta tanggal 31 Juli 1995 jam 3 pagi. Tidak tinggi yang penting imut. Cewek Plegmatis. Penulis amatir. Fotografer amatir. Model amatir. Semuanya amatir. Lulusan TK Tunas Harapan, SDN Percontohan 27 Pagi, SMPN 7 Jakarta, dan Kelas Bahasa SMAN 31 Jakarta. Sekarang bergabung di Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Jakarta dan Lens Hood 33 Kelompok Mahasiswa Peminat Fotografi Universitas Negeri Jakarta. Cinta Indonesia-Jerman, kamera, pedas, merah jambu, angka sembilan, bola, kopi, es krim, stroberi, gitar, kembang api, bintang, hujan, dan pelangi. Join my blog first! Check "Hujan di Minggu Pagi" page ;)

Kamis, 10 November 2011

Hujan di Minggu Pagi 3

Buat yang baru baca posting ini, baca dulu Hujan di Minggu Pagi sebelumnya ya. Kalo ada kritik atau saran langsung aja tanya ke acc twitter gue @yuliatrisn. Makasih :)
------------------------------------------------------------------

Kami tertawa bersama di  taman ria. Aku senang sekali hari ini, bisa bersama Daniel disini. Kami sudah disini dari pukul 6 tadi. Dia kekasihku. Dia tampan, baik, dan pengertian padaku.
                
“Ini untukmu, Sally.” Daniel memberikan popcorn yang baru dibelinya tadi.
                
“Terimakasih.” Aku tersenyum padanya. Dia pun membalas senyumku.
                
“Aku senang sekali bisa bersamamu hari ini. Maafkan aku. Aku sibuk sekali hingga mengabaikanmu. Mungkin kau pikir aku melupakanmu, tapi sungguh aku tidak melupakanmu sedikitpun. Aku memikirkanmu terus.” Daniel menatapku sambil melahap popcornnya.
                
“Daniel kau ini bisa saja. Kau kan harus mengurus perusahaan ayahmu. Ini wajar kan? Tidak apa-apa, ini bukan salahmu, Daniel.” Aku tertawa kecil. Dia lalu memelukku.
                
“Terimakasih, Sally. Aku senang sekali kau bisa mengerti pekerjaanku. Aku mencintaimu.” Kemudian Daniel melepaskannya pelukannya untuk menatap wajahku kembali.
               
“Aku juga mencintaimu.”
                
“Oh, iya. Kita mau kemana lagi? Aku sudah tidak sabar menghabiskan weekend ini bersamamu. Kurasa ke tempat pemancingan seru juga.”
                
Daniel menggandeng tanganku. Kami berjalan lagi mengelilingi taman ria. Sudah berkali-kali kami mendatangi taman ini. Kami sama-sama menyukai tempat ini, simple tapi menarik.
                
“Ah tidak. Kau tau kan aku bukan orang yang penyabar? Aku tidak bisa menunggu ikan-ikan itu memakan umpanku.” Aku menjawab dengan tertawa.
                
“Kau penyabar atau memang tidak bisa memancing?” Daniel tertawa dan aku yang semulanya tertawa menjadi cemberut.
                
“Ah kau jahat sekali.”
                
“Aku hanya bercanda, Sally. Jangan dihiraukan.” Daniel tetap tertawa. Aku pun tidak bisa menahan tawa. Memang kalau bersama Daniel aku pasti selalu tertawa. Dia selalu membawa kesenangan dalam hidupku.
                
“Bagaimana kalau kita pergi ke pantai? Ini masih jam 8 pagi, pasti seru dan tidak terlalu panas.” Aku menyarankan.

“Pantai? Baiklah, pasti menyenangkan. Ayo berangkat sekarang.”
                
Kami bergandengan tangan menuju mobil Daniel. Aku sudah menduga Daniel pasti mau jika aku ajak ke pantai.
                
Setetes air jatuh ke tanganku. Aku menatapnya. Kemudian tetesan itu semakin banyak.
                
“Wah, hujan!” Aku berseru.
                
Daniel menatap ke langit. “Ayo berteduh segera.”
                
“Itu disana. Ada pohon besar. Kita bisa berteduh disitu.” Aku menunjuk pohon besar yang tak jauh dari kami. Daniel kemudian melepaskan jaketnya dan memberikan padaku.
                
“Pakai ini untuk menutup kepalamu. Jangan sampai kepalamu basah karena hujan, nanti kau bisa sakit kepala. Ayo cepat.”
                
Kami berlari menuju pohon besar itu. Aku memakai jaketnya untuk melindungi kepalaku. Disana sudah ada beberapa orang yang berteduh.
                
“Kau kedinginan?” Tanya Daniel setelah kami berteduh. Dia melihatku menggigil kedinginan.
                
Aku  menggangguk mengiyakan.
                
“Cepat mendekat padaku supaya hangat.” Daniel menarik lenganku. Aku dirangkulnya.
                
“Sekarang aku sudah mendingan karena rangkulanmu, tidak terlalu dingin.” Aku tersenyum.
               
“Baguslah kalau begitu.” Daniel merangkulku semakin erat.
               
“Yah, kita tidak jadi pergi ke pantai.” Aku cemberut. Kukira kami bisa menghabiskan sepanjang hari di pantai. Pantai adalah tempat favorit kami juga selain taman ria.
                
“Maaf, Sally. Hari ini hujan.”

“Padahal ini hari Minggu yang bagus untuk pergi ke pantai. Tidak terlalu ramai dan juga tidak terlalu sepi. Kita bisa menghabiskan waktu disana. Aku juga ingin melihat matahari terbenam.”

“Kita bisa pergi lain waktu.” Daniel tersenyum. Senyum itulah yang membuatku yakin bahwa dia pasti akan mengajakku ke pantai. Aku membalas senyumnya.

“Wah, hujannya semakin deras, Sally. Sekarang memang sedang musim hujan, kemungkinan hujannya pasti lama. Kita bisa menghabiskan waktu disini saja.” Daniel tertawa. Aku pun ikut tertawa. Lucu juga kita menghabiskan waktu di bawah pohon pagi-pagi begini.

Daniel merangkulku semakin erat. Dan sekarang sudah belasan orang berteduh bersama kami di pohon ini. Kulihat tetesan air hujan semakin deras. Aku memainkan gelang yang ada di tanganku. Aku tersenyum membayangkan hal apa saja yang akan kami lakukan bersama lagi. Semoga esok dan seterusnya, aku bisa bersama Daniel selamanya.

***

2 komentar: