About Me

Foto saya
Yaya. Lahir di Jakarta tanggal 31 Juli 1995 jam 3 pagi. Tidak tinggi yang penting imut. Cewek Plegmatis. Penulis amatir. Fotografer amatir. Model amatir. Semuanya amatir. Lulusan TK Tunas Harapan, SDN Percontohan 27 Pagi, SMPN 7 Jakarta, dan Kelas Bahasa SMAN 31 Jakarta. Sekarang bergabung di Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Jakarta dan Lens Hood 33 Kelompok Mahasiswa Peminat Fotografi Universitas Negeri Jakarta. Cinta Indonesia-Jerman, kamera, pedas, merah jambu, angka sembilan, bola, kopi, es krim, stroberi, gitar, kembang api, bintang, hujan, dan pelangi. Join my blog first! Check "Hujan di Minggu Pagi" page ;)

Minggu, 01 September 2013

Aku Tahu Kamu Mencintaiku

“Tik… tok… tik… tok… tik… tok…”

Hmm sudah pukul 21:45. Seharusnya aku sudah tertidur pulas karena harus mengikuti kegiatan Masa Pengenalan Akademik di kampus esok hari. Aku harus bangun pukul 3 pagi, bersiap-siap menuju kampus karena peraturannya adalah mahasiswa baru harus tiba di kampus pukul 5 pagi. Untung saja jarak kampus yang cukup dekat tidak membuatku resah dengan peraturan itu.

Namun setiap malam aku selalu resah seperti ini. Kautahu apa yang aku resahkan? Menunggu kabar darimu...

Pukul 8 tadi, aku sudah menghubungimu. Tapi jawaban itu yang selalu kudapat. “Nanti malam saja, sekarang aku sedang main bersama teman-temanku.“

Aku hanya bisa menjawab “Ya sudah, aku akan meneleponmu lagi nanti.”

Aku memang kesal, tapi aku tak ingin menunjukkan kekesalanku di depanmu. Aku tak mau menjadi kekasih yang overprotective, melarangmu melakukan ini-itu, apalagi menjauhimu dengan teman-temanmu. Aku senang kau tidak pernah kesepian disana, meskipun sedikit melupakanku.

Aku menghubungimu lagi pukul 9 tadi, dan jawabanmu masih pada inti yang sama.

“Maaf sekali, aku masih main dengan yang lain. Nanti saja kalau aku sudah di rumah, kau bisa meneleponku lagi. Oke?“

“Sampai kapan lagi aku harus menunggu? Kau selalu bilang nanti, nanti, dan nanti saja!“ ucapku kesal. Hampir saja aku menangis tadi, tapi aku menahannya dengan susah payah.

“Aku janji jam 10 aku akan pulang, silakan meneleponku, aku akan menemanimu mengobrol“

Hhhh harus menunggu lagi? Tentu saja. Kalau seperti ini, aku jadi teringat kita yang dulu. 3 tahun lalu saat kau mulai mendekatiku. Aku rindu saat itu, karena kau selalu ada untukku.

Kulihat jam di ponselku, hmm sudah pukul  22:15. Aku ingin membuktikan janjimu.

Masih terdengar nada sambung ketika aku menyerah dan ingin menutup teleponnya, namun tiba-tiba terdengar suaramu.

“Hallo?” ucapmu lemas.

“Hmm, sudah pulang?” tanyaku basa-basi.

“Ya, kenapa?” aku heran mendengar jawabanmu.

“Kenapa? Kau kan sudah janji ingin menemaniku mengobrol malam ini.“ Tanyaku agak sedikit keras, kausadar kan?

“Hmmm ya, tapi bisakah kau meneleponku besok saja? Aku sudah mengantuk sekarang hehehe.” Aku tertawa kecil juga, aku yakin jawaban itu yang kudapat.

“Janji?” tanyaku lagi.

“Ya, aku janji.”

“Baiklah selamat tidur. I love you, ich liebe dich.” Aku berusaha tersenyum dan mengucapkan ritual yang selalu kita lakukan tiap malam.

I love you too, ich liebe dich auch.” Jawabmu dan langsung kau tutup teleponnya.

Aku menangis. Aku merindukanmu. Aku ingin kita yang dulu. Yang tak pernah kenal waktu jika sudah mengobrol. Yang jarinya selalu bertautan satu sama lain. Yang tak pernah berjarak lebih dari 1 meter. Aku rindu...

Sekarang kita bukan sepasang kekasih biasa, yang selalu bisa bersama setiap saat, yang selalu ada kapanpun kekasihnya butuh.

Jarak...
Jarak yang memisahkan kita sehingga kita dikategorikan sebagai sepasang kekasih Long Distance Relationship. Aku yakin sekali kamu seperti ini karena kamu bosan. Aku tahu kamu merindukanku dan juga merindukan kita yang dulu. Aku ingin menjadi alasanmu tersenyum setiap hari.

Sabarlah, sayang. Aku tahu kamu mencintaiku, sangat mencintaiku...

Kita memang bukan sepasang kekasih biasa, tapi kita luar biasa.
I love you, ich liebe dich. Du liebst mich, oder? :‘)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar