About Me

Foto saya
Yaya. Lahir di Jakarta tanggal 31 Juli 1995 jam 3 pagi. Tidak tinggi yang penting imut. Cewek Plegmatis. Penulis amatir. Fotografer amatir. Model amatir. Semuanya amatir. Lulusan TK Tunas Harapan, SDN Percontohan 27 Pagi, SMPN 7 Jakarta, dan Kelas Bahasa SMAN 31 Jakarta. Sekarang bergabung di Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Jakarta dan Lens Hood 33 Kelompok Mahasiswa Peminat Fotografi Universitas Negeri Jakarta. Cinta Indonesia-Jerman, kamera, pedas, merah jambu, angka sembilan, bola, kopi, es krim, stroberi, gitar, kembang api, bintang, hujan, dan pelangi. Join my blog first! Check "Hujan di Minggu Pagi" page ;)

Rabu, 18 Desember 2013

Jakarta, 27 Juli 2010

Gue suka banget sama liburan. Ga cuma berhenti mikirin kuliah, sekolah, guru, dosen, tugas, bisa jalan-jalan, atau hangout sama temen-temen, tapi juga bisa ketemu pacar :’)

Iya, gue dan pacar gue termasuk golongan pasangan yang menjalani Long Distance Relationship. Kami jarang banget ketemu. Ketemu paling cuma pas liburan. Yaiyalah…
Berdua sama-sama sibuk, ga punya banyak waktu.

Biasanya kami suka telfonan atau whatsapp-an. Ngirim-ngirim foto ga jelas, foto jelek, foto sedih, foto seneng, semuanya kami kirimin saking kangennya.

Jujur…
Gue kangen banget sama kami yang dulu sebelum LDR, pas gue baru masuk SMA, tahun 2010. Mungkin dia juga ngerasa kaya gitu. Trus dia pindah ke Sragen tahun 2011.

Awal LDR kami berantem mulu. Dia juga udah selingkuh beberapa kali. Gue sering banget nangis dan ngerepotin temen-temen gue. Mereka bilang, “Udah, lupain aja sih!” atau “Udah, putus aja sih!”

Gue mau banget, mauuuuu banget. Tapi ga ngobrol sehari sama dia aja udah ngerasa kehilangan banget, apalagi putus. Dia tipe gue banget. Ngapain gue tinggalin coba kalo dia bener-bener orang yang gue pengenin?

Minggu, 01 September 2013

Aku Tahu Kamu Mencintaiku

“Tik… tok… tik… tok… tik… tok…”

Hmm sudah pukul 21:45. Seharusnya aku sudah tertidur pulas karena harus mengikuti kegiatan Masa Pengenalan Akademik di kampus esok hari. Aku harus bangun pukul 3 pagi, bersiap-siap menuju kampus karena peraturannya adalah mahasiswa baru harus tiba di kampus pukul 5 pagi. Untung saja jarak kampus yang cukup dekat tidak membuatku resah dengan peraturan itu.

Namun setiap malam aku selalu resah seperti ini. Kautahu apa yang aku resahkan? Menunggu kabar darimu...

Pukul 8 tadi, aku sudah menghubungimu. Tapi jawaban itu yang selalu kudapat. “Nanti malam saja, sekarang aku sedang main bersama teman-temanku.“

Aku hanya bisa menjawab “Ya sudah, aku akan meneleponmu lagi nanti.”

Aku memang kesal, tapi aku tak ingin menunjukkan kekesalanku di depanmu. Aku tak mau menjadi kekasih yang overprotective, melarangmu melakukan ini-itu, apalagi menjauhimu dengan teman-temanmu. Aku senang kau tidak pernah kesepian disana, meskipun sedikit melupakanku.

Aku menghubungimu lagi pukul 9 tadi, dan jawabanmu masih pada inti yang sama.

“Maaf sekali, aku masih main dengan yang lain. Nanti saja kalau aku sudah di rumah, kau bisa meneleponku lagi. Oke?“

“Sampai kapan lagi aku harus menunggu? Kau selalu bilang nanti, nanti, dan nanti saja!“ ucapku kesal. Hampir saja aku menangis tadi, tapi aku menahannya dengan susah payah.

“Aku janji jam 10 aku akan pulang, silakan meneleponku, aku akan menemanimu mengobrol“

Hhhh harus menunggu lagi? Tentu saja. Kalau seperti ini, aku jadi teringat kita yang dulu. 3 tahun lalu saat kau mulai mendekatiku. Aku rindu saat itu, karena kau selalu ada untukku.

Kulihat jam di ponselku, hmm sudah pukul  22:15. Aku ingin membuktikan janjimu.

Jumat, 02 Agustus 2013

Deutschland und Deutsch



Saya pernah bertanya kepada guru bahasa Jerman saya tentang negara ini, “Frau, emang disana bagus banget ya?“

Guru saya hanya menjawab, “Nanti kamu akan tahu sebagus apa negara itu kalo kamu mengunjunginya langsung.”

Merasa tertarik karena ucapan guru saya tersebut, saya pun mulai mempelajari keunikan negara dan bahasanya ini. Ya, negara Jerman dan bahasa Jerman. Salah satu negara Uni Eropa yang tentunya berada di benua Eropa.

Mimpi saya adalah mengunjungi benua Eropa. Yang mana saja negaranya, yang penting saya bisa menginjakkan kaki saya di benua itu. Saya terus ucapkan mimpi itu dalam hati saya, dan mungkin suatu saat mimpi saya tersebut bisa terwujud.

Sangat bersyukur sekali karena SMA saya merupakan 1 dari 10 sekolah di Indonesia yang bekerja sama dengan Pemerintah Jerman melalui Goethe Institut dalam proyek “Schulen: Partner der Zukunft” yang berarti “Sekolah: Mitra menuju Masa Depan”. Dengan proyek ini 2-3 orang siswa di SMA saya akan dikirim setiap tahunnya ke negara Jerman untuk mengikuti Winterkurs atau Sommerkurs di kota-kota di Jerman selama 3 minggu. Makin tertariklah saya untuk lebih dekat dengan negara yang memiliki bendera berwarna Hitam-Merah-Kuning ini.

Negara Jerman dengan ibukota Berlin ini amat terkenal di seluruh dunia karena negara ini termasuk negara maju dan modern. Jika mendengar kata Jerman saya selalu teringat akan istana Neuschwanstein, tembok Berlin, Pegunungan Alpen, FC Bayern-München, Schwarzwald, Volkswagen, sungai Rhein, juga tokoh-tokoh yang berasal dari negara ini seperti Johann Wolfgang von Goethe, Ludwig van Beethoven, Johann Sebastian Bach, Wolfgang Amadeus Mozart, Albert Einstein, serta penyatuan negara Jerman Barat dan Jerman Timur yang terjadi pada tahun 1990. Lucunya, saya juga teringat dengan Adolf Hitler dan Partai NAZI-nya.

Kalau berbicara tentang pendidikan, negara Jerman tentunya memiliki pendidikan yang maju. Salah satu universitas di Jerman yang saya ketahui adalah Universitas Heidelberg. Universitas Heidelberg didirikan pada tahun 1386. Universitas ini adalah universitas tertua di Jerman dan saat ini menempati peringkat tertinggi di Jerman.

Negara Jerman memiliki bahasa resmi yaitu bahasa Jerman. Bahasa Jerman adalah bahasa yang paling banyak digunakan di Uni Eropa. Katanya, bahasa ini merupakan bahasa yang paling indah didengar di seluruh Eropa, mungkin karena bahasanya mudah dimengerti. Bahasa Jerman juga dipakai di Austria, Swiss, Luksemburg, dan Lichtenstein sebagai bahasa pengantar resmi.

Indonesia juga mempelajari bahasa Jerman. Termasuk di SMA saya tentunya. Saya juga diajarkan tentang ujian-ujian bahasa Jerman yaitu tes A1, A2, B1, B2, C1, dan yang paling tinggi tingkatnya adalah C2.

Senin, 01 April 2013

Bukan Hanya Sekedar Mengidolakan



Ardhy Dwiki Friananta, lahir di Banyuwangi 26 Maret 1994.

Kamu ikut audisi Indonesia Mencari Bakat 3 yang diadain sama Trans TV. Pertama kali liat kamu sih aku biasa aja. Tapi lama-lama aku liatnya jadi beda.

Ardhy... Aku suka banget sama kamu, kamu beda. Ternyata umur aku cuma beda setahun di bawah kamu , itu yang bikin aku makin suka.

Perasaan suka ini bukan perasaan seorang penggemar ke idolanya, aku juga nggak tau apa aku ternyata “suka“ beneran sama kamu. Aku liat kamu di TV, aku ngerasanya kita kayak udah kenal, Dhy. Aku deg-degan tiap liat kamu. Rasanya nggak cukup kalo cuma bisa liat kamu seminggu dua kali, Sabtu & Minggu. Dan itu cuma di TV, lagi....

Ardhy...
Mungkin kamu menganggap aku itu aneh, mungkin mereka juga menganggap aku aneh. Tapi aku aneh ini karena kamu, Dhy :‘)

Yang jelas aku bukan penggemar kamu. Karena aku tau perasaan seorang penggemar ke idolanya bukan kayak gini. Aku penggemarnya Vino Bastian. Aku suka banget sama dia. Dia keren dan bisa menginspirasi aku. Seorang penggemar adalah orang yang harus

bisa mendukung apapun pilihan hidup idolanya.

Tapi perasaan aku ke kamu beda, Dhy. Aku suka cemburu kalo liat kamu sama cewek lain. Waktu aku liat penampilan kamu duet sama kak Abby, aku cemburu, aku iri. Apalagi sama kak Cynthia, cemburu bangeeeeeet hahaha :‘)

Sekarang kamu udah keluar dari IMB, jangan sedih yaa. Pasti bisa jadi yg terbaik buat fans kamu meskipun kamu udah nggak tampil lagi dan bisa banggain orangtua kamu khususnya mama kamu yg udah besarin kamu dari kamu berumur sekitar 7 tahun. Semoga papa kamu juga nonton dan bangga sama penampilan kamu. Kamu pasti bisa ketemu papa kamu, meskipun kamu masih harus nunggu beberapa tahun lagi. Kamu harus berjuang, Dhy. Ga ada yg ga mungkin di dunia ini ;)

Makasih banyak, Dhy, udah mau baca tulisan sederhana aku ini. Aku seneng kalo kamu ngehargain ini semua. Tetep berjuang yaa biar dunia bangga sama kamu.

Dan sekarang aku bingung, pertanyaan ini ada di otak aku mulu. Kepikiran terus, nggak ilang ilang.
Pasti kamu udah jarang banget muncul di TV, terus gimana caranya biar aku bisa liat kamu lagi? Haruskah aku nyusul ke Banyuwangi? :‘)

Minggu, 24 Februari 2013

Aku Lelah

Aku lelah. :’)

Aku lelah berpura-pura menyembunyikan perasaanku ini. Aku ingin dia tahu.
Hatiku sudah banyak menampung sakit, memendam semua kecemburuanku kepada perempuan-perempuan yang dekat dengannya. Apalagi pacarnya.

Selama ini aku hanya berpura-pura. Tersenyum ketika melihat dia bersama perempuan lain. Tertawa bersamanya jika ada hal lucu tentangnya dan pacarnya. Ataupun ikut menyorakkan “cieeeeee“ jika dia sedang mendekati perempuan lain. Padahal aku sakit sekali, aku ingin menangis, ingin berteriak “Aku cemburu!“ atau mengatakan “Tolong jangan seperti ini. Mengertilah bagaimana perasaanku. Aku mencintaimu.“ :‘)

I’m jealous when I hear he say his girlfriend’s name. But I know who I am. I’m just his bestfriend who love him so much, and really want to be ‘more than friend’ for him. :’)

Aku hanya sahabatnya, hanya seseorang yang ia sayangi, bukan yang ia cintai. Aku tahu, cinta tak bisa dipaksakan. Tak semudah mengatakan “Aku cinta padamu”. Mungkin menurutnya sangat sulit untuk bisa mencintaiku karena selama ini dia sudah menganggapku sebagai sahabat.

“Kan ada aku.“ Itulah kalimat sederhana darinya penyemangat hariku.

Aku senang bisa dekat dengannya. Menjadi orang yang selalu ada untuknya. Mendengarkan cerita-ceritanya. Bisa memahaminya, mengerti semua keputusannya.

Kita sudah dekat, sangat dekat. Tautan jemarinya di dalam jemariku saat itu. Menepis semua ketakutanku, kesedihanku. Merangkul bahuku menenangkan hatiku. Tapi itu semua membuat jantungku berdegup kencang. Tahukah dia? :‘)

Aku mencintainya, Ya Tuhan. Sangat mencintainya. Beri tahu dia, Ya Tuhan. Aku sudah tak sanggup lagi, memendam semuanya, menyembunyikan semuanya, berpura-pura tentang perasaanku, kecemburuanku, keinginan kuatku untuk bisa menjadi seseorang yang lebih dari sahabat untuknya.

Ya Tuhan, jika aku jujur padanya, aku menyatakan isi hatiku, mengeluarkan semua perasaan yang sudah kupendam selama ini, dia tidak akan menjauhiku, kan? Masih ingin dekat denganku, kan?

Bukan tidak mungkin dia menganggapku hanya bercanda. Menganggap semua perasaanku ini hanya kebohongan saja. Bagaimana cara aku meyakinkannya?

Tapi kalau memang dia ingin menjauhiku, aku mohon, jaga dia, Ya Tuhan. Carikan lagi sahabat terbaik untuknya, yang sanggup menemani kapanpun dia membutuhkannya. Yang tak pernah mengeluh ketika bersamanya. Yang kuat menjaganya bersama-Mu.

Ya Tuhan, aku sangat menyayanginya, sangat mencintainya, lebih dari sahabat.
Bukankah sudah kukatakan berulang kali di dalam doaku? :‘)

Rabu, 20 Februari 2013

Salahkah?

Jujur saja…
Aku mencintai sahabatku…

Aku tak tahu sudah berapa lama ini terjadi. Yang jelas aku nyaman sekali saat dekat dengannya, pergi dengannya, atau melakukan apa saja dengannya.

Awalnya aku kira perasaan ini hanya perasaan sayang biasa antarsahabat. Tapi ini beda...

Aku cemburu...
Melihatnya dengan perempuan lain, aku cemburu.
Dia bercanda dengan perempuan lain, aku cemburu.

Satu hal lagi yang membuatku sangat cemburu.
Dia. Punya. Pacar.
Betapa beruntungnya perempuan itu bisa memiliki sahabatku. Aku iri.

Dia pernah bilang padaku, “Aku menyayangimu hanya sebagai sahabat.“

Aku merekam perkataan itu, tersimpan dengan baik di pikiranku. Tapi setiap mengingatnya hatiku perih sekali. Bisakah kita lebih dari sahabat? Bisakah aku menjadi perempuan yang dicintainya lebih dari sahabat? :‘)

“Aku pasti selalu ada untukmu.“ Ucapnya juga waktu itu.

Aku senang sekali mendengarnya. Aku terharu. Dia bisa selalu ada di sampingku kapan pun aku butuh. Tapi jika saat itu pacarnya juga membutuhkannya, dia akan pergi kemana? Menemani pacarnya atau datang untukku? :‘)

Aku bahagia meskipun dia menyayangiku hanya sebagai sahabat. Aku selalu berharap suatu hari nanti mungkin dia bisa menyadarinya. Dia bisa mengetahuinya. Dia bisa peka.

Tapi bagaimana dia bisa menyadarinya jika aku tak mengatakannya? Hahaha.
Menyatakan perasaanku kepada lelaki lain aku sangat berani. Menurutku tidak ada salahnya kita menyatakan perasaan kita ke orang lain. Siapa yang larang?

Namun untuk menyatakan kepadanya rasanya sulit sekali. Aku juga harus memikirkan resikonya. Yaitu aku dan dia mungkin akan menjauh :‘)

Aku tak ingin jauh darinya, aku tak ingin kehilangannya. Haruskah aku menyatakan perasaanku ini? Tapi kapan? Kapan waktu yang tepat? Dia sedang bahagia dengan pacarnya. Haruskah aku menganggu mereka?

Aku tak tahan untuk tidak memberitahunya. Aku sudah lelah memendam semuanya.
Aku ingin jujur. Dan yang jelas aku tahu sekarang. Aku yakin...
Aku mencintai sahabatku. Sangat. Sungguh.
Salahkah? :')