About Me

Foto saya
Yaya. Lahir di Jakarta tanggal 31 Juli 1995 jam 3 pagi. Tidak tinggi yang penting imut. Cewek Plegmatis. Penulis amatir. Fotografer amatir. Model amatir. Semuanya amatir. Lulusan TK Tunas Harapan, SDN Percontohan 27 Pagi, SMPN 7 Jakarta, dan Kelas Bahasa SMAN 31 Jakarta. Sekarang bergabung di Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Jakarta dan Lens Hood 33 Kelompok Mahasiswa Peminat Fotografi Universitas Negeri Jakarta. Cinta Indonesia-Jerman, kamera, pedas, merah jambu, angka sembilan, bola, kopi, es krim, stroberi, gitar, kembang api, bintang, hujan, dan pelangi. Join my blog first! Check "Hujan di Minggu Pagi" page ;)

Minggu, 27 April 2014

Ini Tanggal Dua Tujuh

Entah berapa lama aku seperti ini. Terjebak dalam kegalauan yang ternyata kuciptakan sendiri. Sudah hampir tiga bulan aku putus dengan pacarku, sekarang mantan pacar. Aku menyukainya dibandingkan semua mantan pacarku karena dia termasuk tipe lelaki idamanku. Tampan, tinggi, bisa mengendarai motor. Terdengar lucu sih, bahwa bisa mengendarai motor itu termasuk tipe lelaki idamanku. Ya, begitulah yang aku suka.

Padahal aku membencinya, sangat membencinya. Tapi itu dulu. Ketika kami berumur 10 tahun. Dia baru pindah ke Jakarta, entah alasan apa, aku tidak ingin tahu. Rumah kami berdekatan, kami tetangga. Saat itu dia sangat mengganggu. Sering meneleponku, SMS-ku, aku tak tahu dia mendapatkan nomor HP-ku dari mana.

“Kamu cantik. Jadi pacar aku mau?” tanyanya lewat telepon setelah berhari-hari menggangguku.

“Aneh.” Jawabku.

“Aku aneh karenamu.” Dasar! Benar-benar aneh.

“Sudah ah, aku sibuk.” Saat itu aku sangat jutek padanya. Aku langsung menutup teleponnya. Sejak saat itu dia tidak pernah bosan menggangguku. Menanyakan hal yang sama, memintaku untuk menjadi pacarnya. Tetap saja jawaban penolakan yang selalu aku berikan.

Lima tahun kemudian, saat aku baru masuk SMA, dia seperti berhenti menggangguku. Tidak pernah menelepon ataupun SMS lagi. Rasanya aku seperti kehilangan. Kehilangan pengganggu yang setiap hari mengacaukan suasana hatiku.

“Aku kembali ke kampung halaman dulu ya. Aku ingin pindah lagi dari Jakarta.“ Tiba-tiba dia mengatakan seperti itu setelah dia menghilang.

Jujur aku kaget, “Kenapa?” suaraku terdengar sedih dan bergetar.

“Tidak apa-apa. Bukankah kau senang sekarang? Kehilangan pengganggu yang sangat kau benci?“ dia tertawa kecil. Mendengarnya entah mengapa aku ingin menangis. “Jaga dirimu baik-baik. Aku sudah di dalam kereta, disini berisik. Sudah dulu ya.“ Dia langsung menutup teleponnya sebelum aku sempat mengatakan apa-apa.

Aku menangis, terisak, mengingat lima tahun lalu saat kami baru berkenalan dan aku yang benci setengah mati padanya saat itu, sekarang menjadi rapuh hanya karena dia tidak akan tinggal di Jakarta lagi.

Beberapa hari kemudian aku melihatnya. Itu dia? Kenapa kembali? Dia hanya tersenyum melihatku.

“Hai, apa kabar?“ tanyanya di telepon. Kami memang selalu mengobrol lewat telepon seperti ini. Jarang sekali bertemu langsung, padahal kami tetangga.

Kok kembali?“ aku tidak menjawab pertanyaannya, malah memberinya pertanyaan.

“Karena kamu kangen,“ mukaku merah. “Aku tidak pindah, aku hanya main ke sana lagi hehe.“

“Oh.” Hanya itu yang keluar dari mulutku. Padahal aku senang sekali mendengarnya.

Sejak saat itu aku tidak jutek lagi padanya, kami sering mengobrol dan tertawa bersama. Saat itu aku merasa nyaman berada di dekatnya. Sampai di hari ulang tahunnya aku diajak untuk ikut pergi dengannya dan bersama teman-temannya. Aku senang telah diperkenalkan dengan mereka. Tapi tetap saja, pertanyaan “jadi pacarku” itu selalu muncul.

Selasa, 01 April 2014

Maaf, Aku Masih Menulis Tentangmu

Teruntuk, kamu...

Ini curahan hati untukmu. Maaf, aku masih menulis tentangmu. Tentang kisah kita yang selalu aku banggakan di depan teman-temanku. Tentang kisah kita yang selalu membuat iri teman-temanku. Tentang kisah kita yang selalu membuat sunggingan di bibirku, sampai sekarang. Tahu itu, kan?

Aku tahu kamu tidak suka aku seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, aku suka menulis, aku suka bercerita lewat tulisan. Haruskah aku menghentikan hobiku hanya demi kamu?

Ya, ya, baiklah. Kamu memang tidak menyuruhku menghentikan hobiku ini, tapi kamu menyuruhku untuk tidak membicarakanmu lewat tulisan-tulisan itu, kan?

Aku bisa saja tidak melulu membicarakanmu, aku juga bisa membicarakan hal lain. Tapi bagaimana bisa aku membicarakan yang lain jika di dalam pikiranku saja hanya ada kamu, kamu, dan kamu?

Mengapa kata “kamu” mampu meresap ke dalam otakku, menyebar ke seluruh tubuhku, tertinggal di sudut kosong hatiku, dan kemudian menyatu bersama jiwaku?

Aku tak tahu pasti. Yang aku tahu hanya kamu, selalu kamu, dan masih kamu yang mampu berdetak bersama jantungku sampai akhirnya terlalu lelah bekerja untuk hidupku.

Maaf, aku masih menulis tentangmu. Meskipun kamu tak suka itu.
Karena kamu yang terakhirku...

Salam dari Surga,


Aku

Rabu, 26 Maret 2014

Arthur Schopenhauer


I.       RIWAYAT HIDUP
Arthur Schopenhauer adalah seorang filsuf Jerman yang melanjutkan tradisi filsafat pasca-Kant. Ia lahir pada 22 Februari 1788 di Danzig, Polandia. Keluarga Schopenhauer sangat kental dengan tradisi Belanda. Ayahnya, Heinrich Floris Schopenhauer (1747 – 1805) dan Johanna Schopenhauer adalah seorang pengusaha sukses yang mengontrol keluarganya dengan gaya bisnis. Nama Arthur Schopenhauer mencerminkan luasnya jaringan sang ayah dalam perdagangan internasional, sehingga ia memilihkan nama untuk anak pertamanya itu dengan kolaborasi kosa kata Jerman, Perancis, dan Inggris. Pada bulan Maret 1793, ketika Schopenhauer masih berusia 5 tahun, keluarga pindah ke Hamburg, setelah Danzig diduduki oleh Prussia.
Lahir di tengah keluarga pengusaha kaya, Schopenhauer sering melakukan kunjungan wisata ke berbagai negara di Eropa. Pada tahun 1797 – 1799 ia tinggal di Perancis, dan sebentar tinggal di Inggris di tahun 1803. Kondisi inilah yang memungkinkan Schopenhauer mempelajari bahasa Negara-negara yang dikunjunginya. Schopenhauer dalam diarynya mengatakan, tinggal di Perancis adalah pengalaman paling menyenangkan. Meskipun sejak kecil sang ayah telah mendidiknya dengan bisnis, dan selama dua tahun ia mengikuti kursus dan magang bisnis di Hamburg, namun Schopenhauer merasa bisnis bukanlah jalan hidup yang cocok baginya. Pada usia 19 tahun, ia memutuskan untuk mempersiapkan diri masuk perguruan tinggi. 20 April 1805 adalah hari menyedihkan bagi Schopenhauer, karena sang ayah meninggal dunia, yang diduga kuat akibat bunuh diri.
Setelah kematian Floris, Ibu Schopenhauer, Johanna Troisiener Schopenhauer (1766 – 1838), memutuskan untuk pindah bersama anak-anaknya ke Weimar. Johanna adalah wanita cerdas dan memiliki pergaulan yang luas. Di Weimer ia bersahabat dengan Johann Wolfgang von Goethe (1749-1832). Di Weimer, Johanna Schopenhauer aktif menulis essai, kisah perjalanan, dan novel.
Pada tahun 1809, Schopenhauer memulai studi di University of Gottingen di bidang Kedokteran, kemudian mengambil Filsafat. Di Gottingen, dia terpikat dengan pandangan seorang “skeptical philosopher”, Gottlob Ernst Schulze (1761 – 1833). Lewat Schulze-lah Schopenhauer mengenal pemikiran Plato dan Immanuel Kant. Setelah melewati masa studi 2 tahun di Gottingen, Schopenhauer kemudian mendaftarkan diri di Universitu of Berlin. Di sana ia diajar oleh Johann Gottlieb Fichte (1762 – 1814), dan Friedrich Schleiermacher (1768-1834). Di dua universitas ini, Schopenhauer mempelajari banyak bidang keilmuan, antara lain: fisika, psikologi, astronomi, zoology, arkeologi, fisiologi, sejarah, sastra dan syair. Pada umur 25 tahun ia berhasil menyelesaikan disertasi dengan judul “The Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason”. Pada tahun 1813, ia memutuskan pindah ke Rudolstadt, dan pada tahun yang sama ia menyampaikan disertasinya di University of Jena, kemudian dianugerahi gelar doktor filsafat.
Pada tahun 1814, Schopenhauer memulai pekerjaannya sebagai penulis dengan judul bukunya The World as Will and Representation (Die Welt als Wille und Vorstellung), Dunia sebagai Kehendak dan Gagasan. Dia menyelesaikannya pada tahun 1818 dan menerbitkannya setahun kemudian. Pada tahun 1820 Schopenhauer menjadi dosen di Universitas Berlin. Dia menjadwalkan untuk memberikan kuliah yang sama dengan pemikiran filsuf terkenal Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Namun, hanya lima orang yang berminat mengikuti kuliahnya dan dia pun di keluarkan dari akademi tersebut.
Pada tahun 1813, wabah kolera menyerang Berlin. Schopenhauer pun menetap di Frankfrut tahun 1833. Pada saat itu, dia telah berusia dua puluh tujuh tahun. Dia tinggal sendirian di Frankfrut. Karyanya berupa pemikiran yang paling menonjol di sepanjang hidupnya adalah Senilia. Judul ini diterbitkan sebagai penghargaan kepadanya. Schopenhauer mempunyai sebuah undang-undang yang kuat. Pemikiran Schopenhauer banyak dipengaruhi oleh pandangan Buddha dan filsuf Imanuel Kant. Kekagumannya kepada keduanya itu amat besar. Hal ini terlihat dari ruang kerjanya dipasang dengan kedua patung tokoh tersebut.
Pada tahun 1833, Dia hidup sebagai bujang kaya berkat warisan orangtuanya. Schopenhauer hidup dengan ketakutan kerena dia merasa terancam. Oleh sebab itu, dia sering tidur dengan pistol di sampingnya. Ia banyak menerbitkan tulisan, namun tidak laku dijual. Dia sendirilah yang membeli buku karya tulisannya untuk disimpan. Beberapa tahun menjelang akhir hidupnya, barulah ia terkenal. Buku yang disimpannya itupun diedarkannya. Schopenhauer hidup sendiri. rencana pernikahannya selalu berantakan. Dia menganggap hidup dengan banyak orang memuakkan dan membuang waktu baginya. Ia menhina dan mengejek Kaum wanita sebagai “para karikatur”.
Pada tahun 1860, keadaannya mulai memburuk. Dia pun meninggal pada 21 September 1860 karena gagal jantung ketika duduk di bangku sekitar rumahnya. Dia meninggal pada usia yang ke-72 tahun.

II.     KARYA TULIS
Arthur Schopenhauer adalah filsuf yang aktif menghasilkan karya. Adapun tulisan-tulisan itu adalah:
·         1813, Über die vierfache Wurzel des Satzes vom zureichenden Grunde (On the Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason)
·         1816, Über das Sehn und die Farben (On Vision and Colors)
·         1819 [1818], Die Welt als Wille und Vorstellung (The World as Will and Representation) [first edition, one volume]
·         1836, Über den Willen in der Natur (On the Will in Nature)
·         1839, “Über die Freiheit des menschlichen Willens” (“On Freedom of the Human Will”)
·         1840, “Über die Grundlage der Moral” (“On the Basis of Morality”)
·         1841 [1840], Die beiden Grundprobleme der Ethik (The Two Fundamental Problems of Ethics) [joint publication of the 1839 and 1840 essays in book form]
·         1844, Die Welt als Wille und Vorstellung (The World as Will and Representation) [second edition, two volumes]
·         1847, Über die vierfache Wurzel des Satzes vom zureichenden Grunde (On the Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason) [second edition, revised]
·         1851, Parerga und Paralipomena
·         1859, Die Welt als Wille und Vorstellung (The World as Will and Representation) [third edition, two volumes]

Senin, 24 Maret 2014

Resensi Buku : La Tahzan Untuk Hijabers yang Selalu Dirindukan Surga

LA TAHZAN UNTUK HIJABERS
YANG SELALU DIRINDUKAN SURGA


I.              IDENTITAS BUKU
a.             Judul : La Tahzan Untuk Hijabers yang Selalu Dirindukan Surga
b.             Penulis : Denidya Damayanti
c.              Editor : Adhon MK
d.             Layout : Deriko Arter
e.             Design Cover : Faris
f.               Cetakan I : Juli 2013
g.             Ukuran : 13,5 cm x 20,5 cm
h.             Jumlah Halaman : 172 Halaman
i.               ISBN : 978 – 602 – 7934 – 75 – 7
j.               Harga Buku : Rp. 35.000,-
k.              Penerbit : Araska
l.               Alamat Penerbit : Pinang Merah Residence Kav. 14 Jl. Imogiri Barat, Bantul, Yogyakarta
m.           E-Mail Penerbit : penerbit_araska@yahoo.com
a.     
I.               SINOPSIS
Buku ini disusun untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar hijab. Untuk muslimah yang belum berhijab, buku ini dapat dijadikan tempat sharing tentang kewajiban berhijab bagi muslimah dan tentang hal-hal yang meyakinkan para muslimah untuk segera berhijab. Untuk yang sudah berhijab, buku ini bisa menjadi teman untuk menguatkan diri agar semakin kuat dalam berhijab. Perlu untuk diingat bahwa kita tidak bisa masuk surga jika tidak berhijab.
Menutup aurat adalah kewajiban bagi setiap umat Islam. Hijab adalah sarana bagi umat Islam, baik muslim maupun muslimah, untuk membentengi diri dari kemaksiatan, kemunafikan, dan pengingkaran terhadap syariat. Dengan berhijab, kita diajak untuk bertakwa kepada Allah Swt, menjauhi larangan-Nya, dan melaksanakan perintah-Nya.
Di era modern sekarang ini, kita masih saja dikejutkan dengan peristiwa berhijab menjadi nomor sekian. Misalnya petinggi polri, dengan terang-terangan melarang para polisi wanitanya mengenakan jilbab.
Kesesatan semacam itulah yang menghalangi muslimah untuk menutup aurat. Dulu juga pernah terjadi ketika siswa sekolah negeri dilarang mengenakan jilbab. Bahkan ada yang dikeluarkan dari sekolah dan bahkan digelandang oleh aparat TNI (dulu bernama ABRI) layaknya musuh negara. Padahal ini sangat bertentangan dengan Undang-Undang Dasar yang memberi hak kepada setiap umat beragama untuk menjalankan perintah agamanya.
Pada bagian pertama menjelaskan tentang kewajiban dari berhijab. Bagaimana seluk beluk kewajiban berjilbab bagi seorang muslimah, pendapat ulama tentang aurat, cara berhijab dengan baik, dan kebaikan menggunakan hijab.
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri seorang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.“ (QS. Al-Ahzab : 59)
Seseorang sudah selayaknya menutupi auratnya, karena jika sudah terbuka cacat, aib maupun kekurangannya di depan umum, maka hakikat orang tersebut sudah tidak mempunyai harga diri dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Naudzubillah!
Menutup aurat karena fitnah, atas dasar kemungkinan-kemungkinan tergiurnya nafsu adalah suatu kewajiban. Hal inilah yang menjadi perhatian Islam sebagai agama yang berusaha mengangkat martabat manusia di hadapan manusia lainnya dengan mempertinggi akhlak dan menutup aurat adalah salah satunya.
Para ahli hukum Islam berbeda pendapar dalam menentukan batas-batas aurat itu sendiri, baik aurat laki-laki maupun perempuan. Menurut kebanyakan ulama, batas aurat laki-laki ialah anggota-anggota tubuh yang terletak antara pusar dan lutut, terutama alat kelamin dan dubur di samping juga paha. Sedangkat menurut sebagian ulama yang lain, aurat laki-laki hanyalah alat kelamin dan dubur, sedangkan paha tidak termasuk ke dalam kategori aurat yang wajib ditutup.
Adapun aurat kaum wanita, menurut kebanyakan ulama ialah seluruh anggota tubuhnya selain muka dan kedua telapak tangan, kedua telapak kaki menurut sebagian ulama seperti yang dikemukakan Imam Abu Hanifah.
Islam telah menerangkan kepada kita bagaimana cara berhijab yang baik dan benar, setidaknya mencakup hal-hal seperti:
1.             Menutup seluruh anggota badan kecuali wajah dan kedua telapak tangan.
2.             Mengenakan baju yang dapat menutup warna kulit dan tidak menampakkan
bentuk tubuh.
3.             Wanita tidak menyerupai laki-laki dan sebaliknya, juga tidak menyerupai cara
berpakaian orang kafir.
4.             Berpakaian bukan untuk popularitas.
5.             Tidak menampakkan sanggul yang berlebihan di atas kepala.
Adapula kebaikan-kebaikan yang diperoleh wanita hijabers, yaitu:
1.             Lebih taat kepada Allah dan Sunnah Rasul.
2.             Sebagai identitas pembeda antara muslimah dan non muslimah.
3.             Sebagai pelindung diri dari laki-laki tidak baik dan berbagai tindak kejahatan.
4.             Sebagai pelindung tubuh dan kulit dari lingkungan.
5.             Menghindarkan diri dari dosa akibat mengumbar aurat.
6.             Menghindari fitnah, tuduhan, atau pandangan negatif.
7.             Mencegah timbulnya hawa nafsu lawan jenis maupun sesama jenis.
8.             Menunjukkan bukan perempuan murahan.
9.             Mencegah rasa cemburu pasangan hidup kita dan memberikan sesuatu yang
spesial untuknya.
10.         Mencegah terkena penyakit dan gangguan kesehatan.
11.         Menutup aib rahasia yang ada pada diri kita.

Jumat, 17 Januari 2014

I love JogJAkarta

Untuk kali ini mau curhat lagi nih.

Kenapa ya kalo di Jakarta bawaannya sedih mulu? Maunya di Jogja terus, ketemu temen-temen asik, lucu-lucu, bikin ketawa terus. Bisa ngeliat sawah tiap hari, ngeliat pesawat deket banget sama kepala kayak bisa digapai. Hati tuh tenang, ga mikirin tugas kuliah, ya iya lah orang kuliah di Jakarta haha. Maunya kuliah di UGM tapi ngga boleh, padahal impian terbesar tuh, dan kayanya bisa banget gue raih hehehe. Udah, impian terbesar gue selesai.

Sekarang maunya cepet-cepet lulus kuliah, punya suami sholeh, sukses, cinta sama dirinya sendiri, gue dan keluarga. Bonusnya sih ganteng, tinggi, dan yang paling penting punya SIM C hahaha (kalo bisa sih jodoh gue itu Pras aja hehe), punya anak 3, anak pertama cowok, anak kedua-ketiga kembar cewek-cowok hihihi, nanti kami jadi pengusaha sukses, punya rumah dan perusahaan di Jakarta, Jogja, dan Sragen. Aamiin Yaa Allah.

Dari kecil sampe sekarang, hidup gue di Jakarta mulu. Playgroup, TK, SMP, SMA, kuliah di Jakarta. Pengen banget Jakarta bisa kaya Jogja, tertib, teratur, bersih. Semoga nanti Jakarta bisa seindah Jogja deh. Mungkin ngga ya? Aamiin Yaa Allah :') My love for Jogja is big, but it's not bigger than my love for Jakarta. I love JogJAkarta. Jangan lupa juga sih inget kampung halaman, Sragen ;) I love them!

Rabu, 18 Desember 2013

Jakarta, 27 Juli 2010

Gue suka banget sama liburan. Ga cuma berhenti mikirin kuliah, sekolah, guru, dosen, tugas, bisa jalan-jalan, atau hangout sama temen-temen, tapi juga bisa ketemu pacar :’)

Iya, gue dan pacar gue termasuk golongan pasangan yang menjalani Long Distance Relationship. Kami jarang banget ketemu. Ketemu paling cuma pas liburan. Yaiyalah…
Berdua sama-sama sibuk, ga punya banyak waktu.

Biasanya kami suka telfonan atau whatsapp-an. Ngirim-ngirim foto ga jelas, foto jelek, foto sedih, foto seneng, semuanya kami kirimin saking kangennya.

Jujur…
Gue kangen banget sama kami yang dulu sebelum LDR, pas gue baru masuk SMA, tahun 2010. Mungkin dia juga ngerasa kaya gitu. Trus dia pindah ke Sragen tahun 2011.

Awal LDR kami berantem mulu. Dia juga udah selingkuh beberapa kali. Gue sering banget nangis dan ngerepotin temen-temen gue. Mereka bilang, “Udah, lupain aja sih!” atau “Udah, putus aja sih!”

Gue mau banget, mauuuuu banget. Tapi ga ngobrol sehari sama dia aja udah ngerasa kehilangan banget, apalagi putus. Dia tipe gue banget. Ngapain gue tinggalin coba kalo dia bener-bener orang yang gue pengenin?

Minggu, 01 September 2013

Aku Tahu Kamu Mencintaiku

“Tik… tok… tik… tok… tik… tok…”

Hmm sudah pukul 21:45. Seharusnya aku sudah tertidur pulas karena harus mengikuti kegiatan Masa Pengenalan Akademik di kampus esok hari. Aku harus bangun pukul 3 pagi, bersiap-siap menuju kampus karena peraturannya adalah mahasiswa baru harus tiba di kampus pukul 5 pagi. Untung saja jarak kampus yang cukup dekat tidak membuatku resah dengan peraturan itu.

Namun setiap malam aku selalu resah seperti ini. Kautahu apa yang aku resahkan? Menunggu kabar darimu...

Pukul 8 tadi, aku sudah menghubungimu. Tapi jawaban itu yang selalu kudapat. “Nanti malam saja, sekarang aku sedang main bersama teman-temanku.“

Aku hanya bisa menjawab “Ya sudah, aku akan meneleponmu lagi nanti.”

Aku memang kesal, tapi aku tak ingin menunjukkan kekesalanku di depanmu. Aku tak mau menjadi kekasih yang overprotective, melarangmu melakukan ini-itu, apalagi menjauhimu dengan teman-temanmu. Aku senang kau tidak pernah kesepian disana, meskipun sedikit melupakanku.

Aku menghubungimu lagi pukul 9 tadi, dan jawabanmu masih pada inti yang sama.

“Maaf sekali, aku masih main dengan yang lain. Nanti saja kalau aku sudah di rumah, kau bisa meneleponku lagi. Oke?“

“Sampai kapan lagi aku harus menunggu? Kau selalu bilang nanti, nanti, dan nanti saja!“ ucapku kesal. Hampir saja aku menangis tadi, tapi aku menahannya dengan susah payah.

“Aku janji jam 10 aku akan pulang, silakan meneleponku, aku akan menemanimu mengobrol“

Hhhh harus menunggu lagi? Tentu saja. Kalau seperti ini, aku jadi teringat kita yang dulu. 3 tahun lalu saat kau mulai mendekatiku. Aku rindu saat itu, karena kau selalu ada untukku.

Kulihat jam di ponselku, hmm sudah pukul  22:15. Aku ingin membuktikan janjimu.

Jumat, 02 Agustus 2013

Deutschland und Deutsch



Saya pernah bertanya kepada guru bahasa Jerman saya tentang negara ini, “Frau, emang disana bagus banget ya?“

Guru saya hanya menjawab, “Nanti kamu akan tahu sebagus apa negara itu kalo kamu mengunjunginya langsung.”

Merasa tertarik karena ucapan guru saya tersebut, saya pun mulai mempelajari keunikan negara dan bahasanya ini. Ya, negara Jerman dan bahasa Jerman. Salah satu negara Uni Eropa yang tentunya berada di benua Eropa.

Mimpi saya adalah mengunjungi benua Eropa. Yang mana saja negaranya, yang penting saya bisa menginjakkan kaki saya di benua itu. Saya terus ucapkan mimpi itu dalam hati saya, dan mungkin suatu saat mimpi saya tersebut bisa terwujud.

Sangat bersyukur sekali karena SMA saya merupakan 1 dari 10 sekolah di Indonesia yang bekerja sama dengan Pemerintah Jerman melalui Goethe Institut dalam proyek “Schulen: Partner der Zukunft” yang berarti “Sekolah: Mitra menuju Masa Depan”. Dengan proyek ini 2-3 orang siswa di SMA saya akan dikirim setiap tahunnya ke negara Jerman untuk mengikuti Winterkurs atau Sommerkurs di kota-kota di Jerman selama 3 minggu. Makin tertariklah saya untuk lebih dekat dengan negara yang memiliki bendera berwarna Hitam-Merah-Kuning ini.

Negara Jerman dengan ibukota Berlin ini amat terkenal di seluruh dunia karena negara ini termasuk negara maju dan modern. Jika mendengar kata Jerman saya selalu teringat akan istana Neuschwanstein, tembok Berlin, Pegunungan Alpen, FC Bayern-München, Schwarzwald, Volkswagen, sungai Rhein, juga tokoh-tokoh yang berasal dari negara ini seperti Johann Wolfgang von Goethe, Ludwig van Beethoven, Johann Sebastian Bach, Wolfgang Amadeus Mozart, Albert Einstein, serta penyatuan negara Jerman Barat dan Jerman Timur yang terjadi pada tahun 1990. Lucunya, saya juga teringat dengan Adolf Hitler dan Partai NAZI-nya.

Kalau berbicara tentang pendidikan, negara Jerman tentunya memiliki pendidikan yang maju. Salah satu universitas di Jerman yang saya ketahui adalah Universitas Heidelberg. Universitas Heidelberg didirikan pada tahun 1386. Universitas ini adalah universitas tertua di Jerman dan saat ini menempati peringkat tertinggi di Jerman.

Negara Jerman memiliki bahasa resmi yaitu bahasa Jerman. Bahasa Jerman adalah bahasa yang paling banyak digunakan di Uni Eropa. Katanya, bahasa ini merupakan bahasa yang paling indah didengar di seluruh Eropa, mungkin karena bahasanya mudah dimengerti. Bahasa Jerman juga dipakai di Austria, Swiss, Luksemburg, dan Lichtenstein sebagai bahasa pengantar resmi.

Indonesia juga mempelajari bahasa Jerman. Termasuk di SMA saya tentunya. Saya juga diajarkan tentang ujian-ujian bahasa Jerman yaitu tes A1, A2, B1, B2, C1, dan yang paling tinggi tingkatnya adalah C2.

Senin, 01 April 2013

Bukan Hanya Sekedar Mengidolakan



Ardhy Dwiki Friananta, lahir di Banyuwangi 26 Maret 1994.

Kamu ikut audisi Indonesia Mencari Bakat 3 yang diadain sama Trans TV. Pertama kali liat kamu sih aku biasa aja. Tapi lama-lama aku liatnya jadi beda.

Ardhy... Aku suka banget sama kamu, kamu beda. Ternyata umur aku cuma beda setahun di bawah kamu , itu yang bikin aku makin suka.

Perasaan suka ini bukan perasaan seorang penggemar ke idolanya, aku juga nggak tau apa aku ternyata “suka“ beneran sama kamu. Aku liat kamu di TV, aku ngerasanya kita kayak udah kenal, Dhy. Aku deg-degan tiap liat kamu. Rasanya nggak cukup kalo cuma bisa liat kamu seminggu dua kali, Sabtu & Minggu. Dan itu cuma di TV, lagi....

Ardhy...
Mungkin kamu menganggap aku itu aneh, mungkin mereka juga menganggap aku aneh. Tapi aku aneh ini karena kamu, Dhy :‘)

Yang jelas aku bukan penggemar kamu. Karena aku tau perasaan seorang penggemar ke idolanya bukan kayak gini. Aku penggemarnya Vino Bastian. Aku suka banget sama dia. Dia keren dan bisa menginspirasi aku. Seorang penggemar adalah orang yang harus

bisa mendukung apapun pilihan hidup idolanya.

Tapi perasaan aku ke kamu beda, Dhy. Aku suka cemburu kalo liat kamu sama cewek lain. Waktu aku liat penampilan kamu duet sama kak Abby, aku cemburu, aku iri. Apalagi sama kak Cynthia, cemburu bangeeeeeet hahaha :‘)

Sekarang kamu udah keluar dari IMB, jangan sedih yaa. Pasti bisa jadi yg terbaik buat fans kamu meskipun kamu udah nggak tampil lagi dan bisa banggain orangtua kamu khususnya mama kamu yg udah besarin kamu dari kamu berumur sekitar 7 tahun. Semoga papa kamu juga nonton dan bangga sama penampilan kamu. Kamu pasti bisa ketemu papa kamu, meskipun kamu masih harus nunggu beberapa tahun lagi. Kamu harus berjuang, Dhy. Ga ada yg ga mungkin di dunia ini ;)

Makasih banyak, Dhy, udah mau baca tulisan sederhana aku ini. Aku seneng kalo kamu ngehargain ini semua. Tetep berjuang yaa biar dunia bangga sama kamu.

Dan sekarang aku bingung, pertanyaan ini ada di otak aku mulu. Kepikiran terus, nggak ilang ilang.
Pasti kamu udah jarang banget muncul di TV, terus gimana caranya biar aku bisa liat kamu lagi? Haruskah aku nyusul ke Banyuwangi? :‘)

Minggu, 24 Februari 2013

Aku Lelah

Aku lelah. :’)

Aku lelah berpura-pura menyembunyikan perasaanku ini. Aku ingin dia tahu.
Hatiku sudah banyak menampung sakit, memendam semua kecemburuanku kepada perempuan-perempuan yang dekat dengannya. Apalagi pacarnya.

Selama ini aku hanya berpura-pura. Tersenyum ketika melihat dia bersama perempuan lain. Tertawa bersamanya jika ada hal lucu tentangnya dan pacarnya. Ataupun ikut menyorakkan “cieeeeee“ jika dia sedang mendekati perempuan lain. Padahal aku sakit sekali, aku ingin menangis, ingin berteriak “Aku cemburu!“ atau mengatakan “Tolong jangan seperti ini. Mengertilah bagaimana perasaanku. Aku mencintaimu.“ :‘)

I’m jealous when I hear he say his girlfriend’s name. But I know who I am. I’m just his bestfriend who love him so much, and really want to be ‘more than friend’ for him. :’)

Aku hanya sahabatnya, hanya seseorang yang ia sayangi, bukan yang ia cintai. Aku tahu, cinta tak bisa dipaksakan. Tak semudah mengatakan “Aku cinta padamu”. Mungkin menurutnya sangat sulit untuk bisa mencintaiku karena selama ini dia sudah menganggapku sebagai sahabat.

“Kan ada aku.“ Itulah kalimat sederhana darinya penyemangat hariku.

Aku senang bisa dekat dengannya. Menjadi orang yang selalu ada untuknya. Mendengarkan cerita-ceritanya. Bisa memahaminya, mengerti semua keputusannya.

Kita sudah dekat, sangat dekat. Tautan jemarinya di dalam jemariku saat itu. Menepis semua ketakutanku, kesedihanku. Merangkul bahuku menenangkan hatiku. Tapi itu semua membuat jantungku berdegup kencang. Tahukah dia? :‘)

Aku mencintainya, Ya Tuhan. Sangat mencintainya. Beri tahu dia, Ya Tuhan. Aku sudah tak sanggup lagi, memendam semuanya, menyembunyikan semuanya, berpura-pura tentang perasaanku, kecemburuanku, keinginan kuatku untuk bisa menjadi seseorang yang lebih dari sahabat untuknya.

Ya Tuhan, jika aku jujur padanya, aku menyatakan isi hatiku, mengeluarkan semua perasaan yang sudah kupendam selama ini, dia tidak akan menjauhiku, kan? Masih ingin dekat denganku, kan?

Bukan tidak mungkin dia menganggapku hanya bercanda. Menganggap semua perasaanku ini hanya kebohongan saja. Bagaimana cara aku meyakinkannya?

Tapi kalau memang dia ingin menjauhiku, aku mohon, jaga dia, Ya Tuhan. Carikan lagi sahabat terbaik untuknya, yang sanggup menemani kapanpun dia membutuhkannya. Yang tak pernah mengeluh ketika bersamanya. Yang kuat menjaganya bersama-Mu.

Ya Tuhan, aku sangat menyayanginya, sangat mencintainya, lebih dari sahabat.
Bukankah sudah kukatakan berulang kali di dalam doaku? :‘)